ITS diisukan menjadi kampus BHP. Siapkah mahasiswa ITS menghadapinya?Menolak atau menerima?
Klik untuk memilih tab akhir
Isi Tab 2
Isi Tab 2

Kamis, 31 Mei 2012

penulisan angka dalam EYD


Penulisan Angka dalam EYD
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka. Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau romawi. Kedua, angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi ,(2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat ktab suci.
Dari keempat jenis penulisan angka itu, yang paling sering ditemukan dalam bahasa jurnalistik media cetak adalah ketentuan yang kedua yakni tentang ukuran panjang, berat, luas, isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas. Bahasa jurnalistik mengingatkan, penulisan angka harus sejalan dengan kaidah kesederhanaan, keringkasan, dan kecepatan. Pembaca, pendengar, atau pemirsa, tidak boleh dipusingkan dengan deretan angka dan seolah dipaksa untuk mengejarnya satu per satu
Penulisan Rp. 7.867. 456.421.821 modal disetor, 11.542.345.115 batang rokok filter, dan 328.415.600 batang rokok kretek, tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik. Deretan angka ini membuat kita sakit kepala. Dalam kaidah bahasa jurnalistik, angka itu harus disederhanakan  penulisannya menjadi Rp. 7,86 triliun modal disetor, 11,54 miliaar batang rokok filter, dan 328,41 juta batang rokok kretek . harap dicatat, bahasa jurnalistik bukanlah bahasa statistic. Bahasa jurnalistik adalah bahasa sederhana, mudah dibaca, gampang diingat, ringan dicerna, cepat ditangkap maksudnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar