Penulisan
Angka dalam EYD
Pedoman EYD menetapkan empat jenis
penulisan angka. Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau romawi. Kedua, angka
digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi ,(2) satuan
waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas. Ketiga, angka lazim dipakai untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Keempat,
angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat ktab suci.
Dari keempat jenis penulisan angka itu,
yang paling sering ditemukan dalam bahasa jurnalistik media cetak adalah
ketentuan yang kedua yakni tentang ukuran panjang, berat, luas, isi, satuan
waktu, nilai uang, dan kuantitas. Bahasa jurnalistik mengingatkan, penulisan
angka harus sejalan dengan kaidah kesederhanaan, keringkasan, dan kecepatan.
Pembaca, pendengar, atau pemirsa, tidak boleh dipusingkan dengan deretan angka
dan seolah dipaksa untuk mengejarnya satu per satu
Penulisan Rp. 7.867. 456.421.821 modal
disetor, 11.542.345.115 batang rokok filter, dan 328.415.600 batang rokok
kretek, tidak sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik. Deretan angka ini
membuat kita sakit kepala. Dalam kaidah bahasa jurnalistik, angka itu harus
disederhanakan penulisannya menjadi Rp.
7,86 triliun modal disetor, 11,54 miliaar batang rokok filter, dan 328,41 juta
batang rokok kretek . harap dicatat, bahasa jurnalistik bukanlah bahasa
statistic. Bahasa jurnalistik adalah bahasa sederhana, mudah dibaca, gampang
diingat, ringan dicerna, cepat ditangkap maksudnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar